Drama: Ordinary People || Revised Romanization: Asunaro Hakusho || Director: Kimura Tatsuaki, Shinjo Takehiko, Tajima Daisuke || Writer: Kitagawa Eriko || Cast: Ishida Hikari. Tsutsui Michitaka, Kimura Takuya, Suzuki Anju, Nishijima Hidetoshi, Kurosawa Asuka, Sugiyama Ayako, Morio Yumi, Tanabe Seiichi, Iwaki Koichi, Kaga Mariko, Nishioka Tokuma || Network: Fuji TV || Release Date: 11 Oktober 1993 – 20 Desember 1993 || Episode: 11 || Language: Japanese || Country: Japan
Rating saya: 10/10
Sinopsis:
A coming of age story that follows five young university who form a circle of friends. Tamotsu and Osamu (Kimura) fall in love with Narumi, who prefers Tamotsu. In order not to hurt each other as friends, both young men try to avoid forming a relationship with Narumi which inadvertedly leads to tragedy among the friends. After the accidental death of Junichiro, the friends leave university for various reasons leaving Narumi to continue and finish her studies. A few years later they all meet again to be surprised by a few secrets that are revealed.
Plot:
Di hari pertama ujian masuk Universitas, isi pensil mekanik Sonoda Narumi (Ishida Hikari) hilang pas jatuh. Padahal isi pensilnya patah dan dia belum kelar ngerjain ujian. Panik, dia heboh bongkar tasnya. Di tengah kebingungannya itu, tau-tau ada seorang cowok yang naruh pensil di mejanya sambil berlalu buat ngumpulin kertas ujiannya. Narumi cuma ingat cowok itu dari samping dan terus jadi misteri sampai akhirnya Narumi masuk ke sebuah ruangan berisi beberapa orang yang sedang mendengarkan alunan musik klasik yang dimainkan oleh Matsuoka, setelah Narumi resmi jadi mahasiswa di sana. Mendadak sebuah klub didirikan, yang dinamakan Asunaro Hakusho, terdiri dari mereka berlima: Narumi, Kakei, Toride, Seika, dan Matsuoka.
Lelaki yang meminjamkan pensilnya itu ternyata bernama Tamotsu Kakei, jurusan Arsitektur. Di saat yang sama, Osamu Toride (Kimura Takuya) naksir berat Narumi. Pas nembak Narumi dan ditolak, Toride menyarankan Narumi untuk menyatakan perasaannya pada Kakei, walau Kakei sebenernya punya pacar.
Toride tetap berusaha jadi teman Narumi walau harus menyaksikan Narumi dan Kakei mesra banget di depan mereka (di depan teman-teman klub Asunaro Hakusho).
Sampai suatu ketika, Kakei ketahuan bobo sama seorang perempuan lebih tua, dengan alasan kasihan sama perempuan itu. Perempuan itu dan Kakei sama-sama punya status anak tanpa ayah. Hal ini bikin Narumi sulit untuk menganggap nggak pernah ada masalah, dan akhirnya mereka pun putus.
Sebenernya mereka berusaha untuk balikan lagi, tapi suatu malam Natal, ketika Narumi ingin kasih kesempatan kedua pada Kakei, dia titip surat lewat Matsuoka, yang nggak disampaikan ke Kakei. Karena Matsuoka naksir Kakei. Hihi. Sampai tengah malem Narumi nungguin Kakei nggak juga muncul, di sudut tempat Narumi nungguin Kakei, ada Toride yang “nemenin” Narumi dari jauh.
Ketika sadar bahwa Kakei nggak akan pernah datang, akhirnya Narumi memutuskan untuk pindah ke hati Toride.
Ternyata, Narumi emang nggak bisa punya perasaan lebih ke Toride. Meski mereka kemudian resmi pacaran, Narumi keliatan banget nggak bahagia.
Kesan saya:
Saat kita jatuh cinta pada seseorang, kita mencintai orang itu secara keseluruhan. Bukan hanya karena dia ganteng/cantik atau penampilannya keren. Bukan semata-mata karena dia look smart. Kalo pun dia punya itu, kita juga mencintai kedodolannya. Semua orang punya flaw. Seringnya, kita shock saat tahu kekurangan orang yang kita cintai, tapi kemudian kita bisa nerima pada akhirnya, karena cinta itu isinya paketan rasa sayang, suka, sekaligus berkomitmen menerima segala kekurangannya.
Kayak gimana Toride tau banget kekurangan Narumi, tapi dia nggak berhenti mencintai Narumi. Begitu juga ketika Kakei melakukan kebodohan. Meski mereka sempet break up dan usaha untuk berbaikan begitu menemui banyak kendala, Narumi menyadari bahwa hatinya nggak bisa ke mana-mana lagi.
Love can make us tired, sometimes. Tapi bukan cinta namanya, kalo nggak butuh perjuangan. Haelah! Hahaha…
Jadi, sebagai pejuang cinta, kita nggak boleh cuma mencintai kelebihan orang yang kita cintai, melainkan juga bisa menolerir kekurangan-kekurangannya.
Bokap pernah kasih advice ke saya gini, “kamu sama Fahmi (Pa Il, maksudnya) punya kelebihan dan kekurangan. Kekurangan kamu dilengkapi oleh kelebihan Fahmi, kekurangan Fahmi dilengkapi oleh kelebihan kamu”. Well, selama itu bukan masalah berat badan (ups!) sepertinya memang seperti itulah jalan semua pasangan. Saling nerima kedodolan satu sama lain. Sebab, mencintai kelebihan satu sama lain mah udah pasti mutlak.
Ah, iya! Sontrek film ini tuh, beuh! Udah mau 24 taun aja masih merajai playlist saya!